Pengembangan Dakwah Islam - AL-MA'UNAH KEPUH

KEPUH - PALIMANAN - CIREBON

Jl. Ki Ageng Tepak Ds. Kepuh Kec. Palimanan Kab. Cirebon Kode Pos 45161 Telp. (0231) 341780

test

Selasa, 26 Januari 2010

Pengembangan Dakwah Islam


I.         PENDAHULUAN
Dakwah memiliki makna sebagai upaya menyampaikan ajaran yang diyakini kebenarannya tentang hakikat hidup serta perilaku hidup yang semestinya dilakukan sejalan dengan ajaran Islam yang telah disampaikan oleh Rasulullah Saw. dan diestafet oleh para sahabat, tabi’in, atba’uttabi’in serta para ulama yang sampai saat ini masih melaksanakan dakwah baik secara lisan maupun perilaku tauladan (bil-hal).
Sebenarnya apabila kita fahami bersama bahwa peran dakwah ini merupakan kewajiban setiap muslim dimanapun berada dengan melepaskan kedudukan serta jabatan yang ia emban. Adapun pesantren dan kyainya adalah institusi yang memiliki peran sebagai salah satu sumber informasi tentang kebenaran ajaran. Karena itulah kemudian para santrinya berkewajiban menjadi mediator untuk melanjutkan dan menyebarkan ilmunya menjadi suatu yang bermanfaat bagi umat manusia. Dengan demikian keberadaan pesantren sebenarnya memiliki peran penting untuk tetap menjaga keberadaan agama, ilmu serta amal setiap manusia untuk senantiasa berada di jalan Allah Swt..
Namun ada pertanyaan yang sangat menarik hari ini dari beberapa kenyataan yang menghawatirkan tentang peran dakwah, bahwa seolah agama tidak memiliki peran yang begitu besar sehingga manusia Indonesia hari ini sudah tidak lagi memiliki ketabuan terhadap perilakunya. Banyaknya kasus yang diangkat berkaitan dengan kriminalitas, mulai dari korupsi, perampokan, pemerkosaan, pemakaian narkoba, penyebaran VCD porno bahkan penghilangan nyawa manusia semudah orang menyembelih ayam.
Sepertinya pendekatan dakwah kurang menyentuh pada hal-hal substansial namun lebih pada bentuk-bentuk budaya local dimana Islam diturunkan, yaitu bentuk-bentuk simbol budaya arab sementara essensi yang semestinya disentuh menjadi kurang terperhatikan.
Sebagaimana kita baca dalam sejarah berbagai rintangan dan tantangan selalu dihadapi dalam berdakwah. Rasul Saw. sebagai pengemban amanat tersebut tidak secara tenang menghadapi kenyataan saat itu. Tantangan yang mengharuskan beliau mempertaruhkan nyawa berkali-kali ia hadapi, adalah pelajaran berarti dalam melaksanakan dakwah.
Sebagaimana kita fahami pula bahwa Rasul Saw. senantiasa ditemani para sahabatnya dalam menyusun strategi dakwah sehingga terkadang harus melakukan perang. Keterlibatan para sahabat saat itu sangat memberi arti penting dalam dakwahnya, baik secara moril maupun materiel bahu membahu menyusun strategi selama 23 tahun menyebarkan ajaran Islam.
Dari gambaran di atas yang perlu kita fahami bersama adalah peran utama menentukan strategi dalam berdakwah sehingga mampu memberikan makna sesungguhnya tentang Islam sebagai rahmatan lil’alamin. Strategi dakwah tentu saja tidak bisa lepas dari adanya keterlibatan banyak orang di dalamnya. Hal ini merupakan suatu tugas utama bagi setiap muslim untuk menempatkan diri sebagaimana mestinya dengan peran dan kemampuan yang dimilikinya.
Pemikiran untuk bersatu, hari ini lebih sempit dimaknai ke dalam sisi materialistik, kaum-kaum tertentu yang kurang mampu memberi kontribusi financial seolah tidak pernah memiliki peran dalam mengembangkan agama, terkadang agama sering dijadikan kendaraan kepentingan kelompok dalam mendorong gagasannya.
Umatan wasathon seyogyanya dimaknai sebagai keterlibatan seluruh umat dalam peran dakwah, berdakwah lebih dapat dirasakan sebagai suatu tradisi yang membudaya dalam suatu lingkungan.
Beberapa kenyataan yang ada dimana pola dakwah mencoba memisahkan kultur budaya dari segmen dakwah, sehingga yang terjadi adalah penolakan secara kultural terhadap agama sebagai imbas kekakuan dakwah yang dilakukan. Akhirnya umat sendiri seolah menjadi takut untuk mengakui hidupnya beragama. Perlawanan social ini akhirnya muncul faham sekuler yang melepaskan nilai-nilai agama yang “kaku” dalam aktivitas hariannya.
II.       NILAI FILOSOFIS MENGENAI PERAN DAN TUGAS BERDAKWAH
Sebelum membahas mengenai peran penting strategi, mari kita fahami beberapa nilai filosofis tentang peran dan tugas berdakwah diantaranya:
1.     Tujuan Hidup Manusia di Muka Bumi
Titik persoalan yang merupakan awal keberangkatan manusia yang patut dipelajari bahwa kehidupan manusia di dunia hakekatnya melanjutkan visi dan misi kehidupann Nabi Adam AS yang awal keberadaannya di surga digugat Iblis dengan alasan pemberian kemuliaan terhadap Adam AS dilakukan tanpa terlebih dahulu melalui proses uji kelayakan kemuliaan yang semestinya. Hingga keberadaan Iblis sebagai penggoda kepada setiap manusia adalah dinamika hidup yang tidak bisa lepas dalam peran dan tugas berdakwah manusia sepanjang masa.
Dari sinilah kemudian cerita manusia di alam fana ini dimulai, setelah Iblis berhasil menggoda, Adam dan Hawa’ berikut keturunannya menjalani uji kelayakan kemuliaan di alam dunia dengan ketentuan; Bagi keturunan Adam-Hawa yang berhasil mempertahankan kemuliaan berhak kembali ke “Alam Mulia” sementara bagi yang tidak berhasil akan hidup bersama Iblis di alam yang lebih hina dari dunia ini. Dengan demikian tujuan hidup manusia di muka bumi adalah: Mempertahankan kemuliaan untuk dapat kembali ke “Alam Mulia”.
Janji Allah Swt. kepada Nabi Adam AS akan mengutus para rasul beserta kitab suci telah ditepati. Dan Rasul terakhir dengan Al-Qur’an-nya telah diutus 14 abad silam dan umat manusia sekarang hidup di abad ke XV Hijriyah sebagai umat Nabi Muhammad Saw.. Agama bagi manusia merupakan lambang-lambang kemuliaan, petunjuk jalan kembali ke “Alam Mulia” sekaligus berfungsi sebagai perisai dari serangan yang menghancurkan.
Segala yang dialami manusia selama hidup di dunia; kaya atau miskin, menjabat atau tidak, sehat atau sakit dan seterusnya, merupakan agenda ujian yang ditinggal mati sementara yang dibawa hanylah kesuksesan atau kegagalan dalam menjaga kemuliaannya ketika menyikapi agenda-agenda tersebut, sehingga segala upaya peningkatan tarap hidup sebenarnya hanya dalam rangka pencapaian sarana dan bukan tujuan hidup. Maka dari itu, aneka program pembangunan yang dilakukan baik oleh pemerintah atau umat hendaknya selalu dalam koridor kemuliaan; mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai kepada tahap keberhasilannya.
2.     Manusia Sebagai Abdun dan Kholifah
Selanjutnya dalam menjalani hidupnya ada dua peran penting yang dimiliki oleh setiap manusia, peran strategis tersebut tidak dapat lepas dari agenda Allah Swt. menguji kelayakan setiap manusia sebagai mahluk yang paling dimuliakan.
a.     Peran Pertama Manusia Sebagai Abdun
Allah Swt. adalah Pencipta, Pemilik dan Pengatur alam ini, sementara manusia sebagai salah satu mahluk ciptaan yang dimiliki dan diatur oleh-Nya. Sehingga posisi manusia di hadapan Tuhan sebagai ‘abdun (hamba) haruslah merelakan kehilangan hak kepemilikan atas dirinya.
Keadaan yang demikian mengharuskan setiap manusia senantiasa tunduk dan patuh kepada segala aturan-Nya, melaksanakan segala bentuk perintah-Nya, menjauhi hal-hal yang dilarangan oleh-Nya, senantiasa bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh-Nya serta bersikap rela atas setiap ketentuan-Nya terutama jika apa yang sudah diberikan suatu saat Allah Swt. mengambilnya kembali.
Posisi ‘abdun disamping diperankan dalam hal vertikal (hablun min-Allah) yaitu hubungan manusia dengan Tuhan-nya juga diperankan dalam menghadapi agenda yang sedang terjadi atas dirinya dengan mensyukuri nikmat yang diterima dan sabar terhadap musibah yang terjadi.
b.     Peran Kedua Manusia Sebagai Khalifah
Selain peran abdun manusia diangkat oleh Allah Swt. untuk menjabat sebagai khalifah (wakil Allah) di muka bumi yang memiliki tugas dan wewenang untuk senantiasa memakmurkan kehidupan dunia.
وَإِذْ قاَلَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّيْ جَاعِلٌ فِي اْلأَرْضِ خَلِيْفَةً - كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ (متفق عليه)
Posisi khalifah diperankan selain dalam hal horisontal (hablun min-annas) yaitu hubungan manusia dengan sesama mahluk (manusia, alam lingkungan dan binatang) juga diperankan dalam menghadapi agenda kehidupan yang belum dan mungkin akan terjadi dengan mengantisipasinya melalui berbagai upaya sehingga kehidupannya menjadi makmur dan sejahtera.
3.     Batasan Wilayah Wewenang Tuhan Dan Wewenang Manusia
Dalam optimalisasi peran dakwah terdapat batasan wewenang manusia, hal tersebut bukan berarti menyurutkan semangat dakwah yang dilakukan. Sebagaimana Allah Swt. mewajibkan kepada Rasul Saw. untuk berdakwah, namun disisi lain Allah Swt. menegur untuk tidak putus asa atas hasil yang didapatkan dari upaya-upaya dakwah yang telah dilakukan. Pembagian ruang wilayah antara wewenang manusia dengan wewenang Tuhan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
WEWENANG MANUSIA
WEWENANG TUHAN
DO’A
IJABAH
USAHA
HASIL
BELAJAR
FAHAM
AMAL
NILAI
DOSA
AMPUNAN
SAKIT
KESEMBUHAN
DAKWAH
HIDAYAH
Batasan-batasan tersebut itulah yang kemudian menghubungkan antara wewenang ihtiar bagi setiap manusia terutama dalam berdakwah dengan sikap tawakal dan legowo atas segala bentuk hasil usaha dakwahnya.
4.     Ibadah Vertikal dan Ibadah Horisontal/Amal Shaleh Sosial
Ilmu Fiqih hakekatnya untuk mengetahui keabsahan (sah atau batal) amal ibadah yang dilakukan oleh seorang mu’min, bila semua syarat dan rukunnya dipenuhi maka menurut standar Fiqih amal tersebut berarti sah.
Tidak sedikit amal ibadah yang menurut standar Fiqih sah, namun karena niatnya yang salah atau ia melakukan sesuatu yang melanggar norma agama yang berkaitan dengan sesama (horisontal) -seperti durhaka kepada orang tua, menyakiti/merugikan sesama, mengambil harta orang tanpa hak- Allah Swt. enggan menerima amalnya dengan tidak mendapatkan nilai pahala. Sebagai contoh :
a.     Dinyatakan dalam hadits bahwa Allah Swt tidak menerima sholat orang yang memutuskan hubungan silaturahim, durhaka kepada orang tua dan orang yang membawa kabur harta majikannya/korupsi.
 ثَلاَثٌ لاَ يَقْبَلُ اللهُ صَلاَتَهُمْ, قَاطِعُ الرَّحْمِ وَعَاقٌ لِوَالِدَيْهِ وَعَبْدٌ آبِقٌ
إِذَا أَبَقَ الْعَبْدُ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ (رواه مسلم)
b.     Puasa hanya menghasilkan haus dan lapar (tidak berpahala) bila ketika berpuasa melakukan perbuatan yang merugikan atau menyakitkan sesama.
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْعُ وَ الْعَطَشُ

c.      Perkataan yang menyakiti penerima shodaqoh menghanguskan pahalanya.
لاَ تُبْطِلُوْا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَ اْلأَذَى
d.     Syarat mendapat haji mabrur disamping biaya dari sumber yang bersih, adalah tidak melakukan rofas, fusuk, dan jidal (bertengkar dengan sesama/horisontal) ketika melaksanakan ibadah haji.
فَلاَ رَفَثَ وَ لاَ فُسُوْقَ وَ لاَ جِدَالَ فِى الْحَجِّ
e.     Surga anak di bawah telapak kaki ibu sehingga mustahil bisa menggapai keridloan Allah Swt. dengan durhaka kepada orang tua. Begitu pula seorang istri kepada suami dan seorang pegawai kepada instansinya.
الْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ اْلأُمَّهَاتِ
أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَ زَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ
Dengan demikian ibadah vertikal dan ibadah harisontal/amal shaleh sosial merupakan kesatuan yang tidak terpisah, amal shaleh sosial merupakan penentu diterima atau ditolaknya ibadah vertikal disamping berfungsi sebagai penyempurnanya, begitu pula sebaliknya.
Selanjutnya dalam rangka menjaga kemuliaan untuk dapat kembali ke “Alam Mulia” Allah Swt. memberi tuntunan seperti yang tertuang dalam hadits; Tidak satu pun - termasuk Rasul Saw. - mampu membeli surga dengan nilai ibadahnya semata di alam dunia, satu-satunya penentu untuk dapat masuk ke surga adalah rahmat dan kasih sayang Allah Swt. yang disubsidikan kepada nilai ibadah vertikal dan horisontalnya (amal shaleh sosial).
لَنْ يَدْخُلَ أَحَدُكُم الْجَنَّةَ بِعَمَلِهِ قَالُوْا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: وَ لاَ أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللهُ بِرَحْمَتِهِ
Dalam hadits lain diungkapkan bahwa; Ada seseorang yang berupaya membeli surga dengan akumulasi nilai amal ibadahnya selama 500 tahun dan setelah diaudit ternyata nilai ibadahnya hanya cukup untuk menebus nikmat salah satu matanya yang telah dipakai selama hidup di alam dunia. Jadi, jangankan untuk membeli surga, untuk menyewa seluruh nikmat yang pernah dipakai selama hidup di alam dunia saja nilai ibadah selama 500 tahun tersebut tidak akan mencukupinya, sehingga nilai ibadah siapapun termasuk Rasul Saw. sendiri tidak akan mencukupi nilai yang diperlukan untuk masuk ke surga.
Dan ternyata menurut hadits bahwa surga terdiri dari berbagai tingkatan/derajat, derajat tertinggi bukan diperuntukkan bagi orang yang terbanyak nilai ibadah vertikalnya tetapi - sesuai dengan keunggulan ibadah horisontal/amal shaleh sosial - diperuntukkan bagi orang yang terbanyak melakukan keshalehan sosial dan terbaik akhlaknya terhadap sesama. Dengan demikian, amal shaleh sosial adalah merupakan cara dan jalan untuk dapat mencapai ketinggian derajat di dunia maupun di akhirat.
أَنَا زَعِيْمٌ بِبَيْتٍ فِيْ أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسُنَ خُلْقُهُ (رواه ابو داود)
إِنَّ مِنْ اَحَبِّكُمْ اِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّيْ مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ اَحَاسِنُكُمْ اَخْلاَقًا (رواه الترمدي)
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكَ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الْقَائِمِ (رواه ابو داود)
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا (رواه الترمدي)
مَا مِنْ شَيْءٍ اَثْقَلُ فِي الْمِيْزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ (رواه الترمدي)
Terjemahan kontekstual hadits di atas menunjukkan bahwa حُسْنُ الْخُلُقِ adalah “etika baik” terhadap sesama yang diaplikasikan dalam amal shaleh sosial yang dapat dimisalkan dengan tolong menolong, saling peduli, silih-asah, silih-asih dan silih-asuh dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Melalui ibadah vertikal seseorang mendapat manfaat dan nilai pahala sebatas untuk dirinya sendiri, sementara melalui ibadah horisontal manusia akan mendapat nilai pahala sebanyak orang yang terlibat dan memperoleh manfaat darinya. Siapapun yang melakukan amal shaleh sosial dan diikuti serta dirasakan manfaatnya oleh orang banyak -apalagi menjadi sebuah tradisi dan budaya- maka dia mendapatkan nilai pahala sebanyak orang yang melakukan tradisi dan budaya tersebut sampai hari kemudian.
III.      METODE DAKWAH
1.     Dakwah Bil-lisan
Sarana komunikasi yang semakin mempermudah mengakses segala bentuk informasi yang diinginkan termasuk diantarnya informasi menyangkut agama. Dengan kemajuan teknologi tersebut, dakwah bil-lisan tidak dapat didefinisikan secara manual melalui mimbar podium di depan hadirin, melainkan bisa disampaikan melalui berbagai media yang essensinya tetap sebagai cerminan dakwah bil-lisan.
Di samping melalui media radio dan televisi, informasi dapat diakses melalui HP atau internet serta banyak pula dilakukan dengan menggunakan media cetak baik buku, koran, majalah maupun buletin. Kemajuan teknologi merupakan suatu peluang sekaligus tantangan dalam pelaksanaan dakwah dewasa ini, mengingat peran teknologi tersebut selain sebagai penunjang terhadap upaya manusia untuk mempermudah aktivitasnya dapat pula sebagai sebuah sarana yang melahirkan dampak negatif yang berpengaruh terhadap pola pikir yang berdampak pada perubahan kultur budaya.
Tantangan yang ada tersebut haruslah ditanggapi dengan berbagai upaya antisipatif sehingga keberadaan teknologi tersebut justru dapat benar-benar dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas peran dan fungsi dakwah.
2.     Dakwah Bil-hal
Dakwah yang efektif telah dilaksanakan oleh Rasul Saw. dimana beliau lebih mengedepankan ketauladanan dalam mensosialisasikan norma-norma agama. Pendekatan perilaku yang dilakukan Rasul Saw. sangat efektif dalam membangun militansi gerakan para sahabat untuk melakukan perubahan terhadap pola pikir serta kebiasaan mereka dan dalam jangka dua dasa warsa mampu menyebarkan Islam sampai ke penjuru dunia.
Dakwah bil-hal sebenarnya adalah cara yang paling efektif mengingat manusia senantiasa mencari contoh figur ketauladanan. Dakwah bil-hal lebih mengutamakan bagaimana memberikan tauladan kepada umat tentang apa yang sebenarnya harus dan atau tidak boleh dilakukan sebagaimana Rasul Saw. lakukan, beliau tidak pernah memerintahkan sesuatu yang harus diperbuat kecuali belaiau sendiri yang melasanakannya terlebih dahulu sehingga menjadi contoh tauladan bagi umatnya.
Dalam kontek kekinian, di era globalisasi dan era informasi siapapun bisa melakukan dakwah, dan sering kita dapatkan ternyata dakwah tersebut cenderung dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk tujuan suatu kepentingan, dimana menuntut kita untuk lebih waspada terhadap gejala dan realita seperti ini dengan upaya-upaya antisipatif melalui pengembangan strategi dakwah. Strategi yang dimaksud adanya keseimbangan antara kemampuan da’i, metode dan sarana, baik dakwah bil-lisan maupun dakwah bil-hal.
a.     Keseimbangan Antara Media/Sarana dan Metode
Pada umumnya, kelemahan seorang da’i terletak pada ketidak mampuan di dalam menggunakan sarana yang sebenarnya mendukung kinerja dakwahnya, misalnya kemampuan menggunakan fasilitas computer serta sarana komunikasi. Kekurangan sarana senantiasa menjadi alasan bagi lemahnya dakwah yang dilaksanakan atau sebaliknya ketersediaan fasilitas sarana tidak menjamin optimalnya dakwah yang dilakukan sebagai akibat dari kekurangmampuan dalam menggunakan sarana tersebut.
Dalam hal ini seorang da’i harus memiliki kecerdikan dalam mengatur serta menyesuaikan kondisi umat terutama factor kultur budaya. Pendekatan dalam dakwah bil-hal dengan contoh suri tauladan tidaklah semudah dakwah bil-lisan dengan berceramah.
Berbagai contoh dakwah dari berbagai literature sejarah, mulai dari Rasul Saw. sampai pada masuknya Islam di Indonesia, kita mendapatkan ragam pendekatan yang dilakukan oleh wali sanga yang menitik beratkan pada keniscayaan perbedaan kultur budaya.
b.     Wawasan Tentang Kemajuan Jaman
Disamping cerdik dalam membaca realitas social, tugas dakwah juga menuntut wawasan da’i dalam memahami kemajuan jamannya. Dalam hal ini da’i seringkali terjebak oleh adanya kekakuan sikap dan kekurangberdayaan akibat lemahnya wawasan dan kemampuan membaca kemajuan dan perubahan jaman.
Tuntutan dari meningkatnya pola pikir rasional umat terhadap berbagai fenomena yang dihadapinya, harus ditanggapi oleh seorang da’i dengan wawasan jaman serta dengan segala keterbukaan dan lapang dada. “laksana karang menahan ombak, seseorang harus tegap supaya tidak tergerus ombak perubahan jaman”.
Tidak jarang lemahnya pemahaman terhadap kemajuan jaman ini da’i lebih memilih menghindar serta berteriak dari kejauhan, tatkala fenomena yang muncul menuntut keberadaan seorang da’i justru meninggalkannya, sehingga wajar apabila umat menurunkan tingkat kepercayaannya terhadap keberadaan tokoh agama, terlebih hal yang menyedihkan adalah adanya praktek politisasi agama yang dilakukan oleh sebagian para da’i.
IV.     KESIMPULAN
Sebagai sosok panutan yang senantiasa waktunya dicurahkan sebagai dambaan umat, seorang da’i dituntut memiliki:
1.     Kecerdasan berpolitik tapi bukan politisi, maksudnya bahwa setiap da’i dituntut untuk tampil di arena umat yang terbangun di antara hiruk pikuk perseteruan politik, sehingga kemampuan yang dimilikinya tersebut dapat membendung arus pergesekan kepentingan politik.
2.     Kecerdikan analisis social, merupakan senjata utama yang akan mendorong lahirnya metode dakwah yang tepat untuk dilakukan. Dengan kemampuan analisis sosial maka seorang da’i akan secara objektif menilai kondisi masyarakat yang dihadapinya sehingga tidak mudah terombang-ambing oleh issu yang berkembang.
3.     Ketangguhan mental; Serangan-serangan yang dilakukan terhadap pemuka agama biasanya berupa rayuan atau fitnah. Bagi seorang da’i hendaknya tidak mudah terpancing emosinya dan tetap memiliki rasa percaya diri yang tinggi agar tidak terhanyut oleh arus rayuan dan fitnah yang mengakibatkan kebingungan umat.
4.     Kemampuan manajerial; yaitu adanya pola kesadaran keteraturan perencanaan yang metuntut da’i senantiasa memantau setiap gejala dan perkembangan umat untuk dikelola dengan dakwah yang sistemik, bertahap dan berkesinambungan.
5.     Pemahaman da’i terhadap sistem dan peraturan yang berkembang di jamannya. Seorang da’i dituntut untuk memahami setiap aturan main dan aspek kebijakan yang sedang berjalan baik cultural masyarakat maupun structural pemerintah, sehingga persoalan-persoalan kemasyarakatan dan ketatanegaraan yang selama ini seolah lepas dari essensi dakwah sering berakibat pada ketidaksiapan atau keterlambatan da’i dalam merespon fenomena sosial.
6.     Ketegasan bersikap; Bahwa kompleksitas wilayah dakwah sesuai dengan kompleksitas permasalahan masyarakat. Permasalahan tesebut menuntut da’i untuk bersikap tegas yang berpengaruh kepada perilaku umat. Untuk itu rasa percaya diri dan ketegasan seorang da’i untuk segera berani menentukan sikap adalah hal penting dalam melaksanakan dakwah.
 Menilik fenomena social yang muncul dewasa ini berkaitan dengan eksistensi serta peran dakwah, dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.     Da’i dan umat adalah satu keterkaitan sistem yang tidak dapat dipisahkan mengingat keterikatan moral di antara keduanya, sehingga peran strategis akan sangat menentukan lahirnya peradaban yang berbasiskan pada keshalehan social sejalan dengan pola pembangunan negara dengan berbagai kepentingannya.
2.     Sebagai figur tauladan, da’i dituntut memiliki kemampuan optimal menyangkut kondisi masyarakatnya untuk dapat mengimbangi fenomena yang terjadi yang cenderung meningkat dari sisi kualitas maupun kuantitasnya
3.     Da’i tidak boleh kaku dalam menentukan pendekatan dakwah, mengingat dakwah bil-hal dan bil-lisan merupakan pola yang harus dilakukan sehingga pilihan tidak bisa dijatuhkan hanya kepada salah satunya saja dan ini menuntut da’i sebagai sosok yang multi fungsi serta multi daya. Wallahu a’lam bi al shawab.
Oleh: Thantowie Musaddad, MA.

1 komentar:


  1. YUK ! GABUNG BERSAMA KOMUNITAS VIPBandarQ
    Semua Bisa Anda Dapatkan di VIPBandarQ
    Kami Menyediakan Promo dan Bonus Menarik Untuk Anda Semua

    8 GAMES DALAM 1 USER ID
    BANDARQ | ADUQ | DOMINO99 | POKER | BANDAR POKER | CAPSA SUSUN | SAKONG | BANDAR66

    BIG & HOT PROMO !
    - Bonus Rollingan 0,3 % -
    - Bonus Referral Up To 15 % -

    Manjakan Diri Anda Dengan Fasilitas Termewah :
    - Pelayanan Customer Service yang Ramah dan Professional serta Siap Membantu 24 Jam
    - Proses Deposit dan Withdraw Super Cepat
    - 100 % Fair Play (Player vs Player , No Robot)
    - Withdraw Tanpa Batas

    Di Support 5 Bank Terbesar dan Ternama
    • BCA
    • MANDIRI
    • BNI
    • BRI
    • DANAMON

    CONTACT US :
    BBM : 55AB0E6C
    Line : vvipbandarq
    WhatsApp : +6285327913041
    Skype : VIP Bandar Q
    Instagram : vipbandarq9
    Twitter : VIP_bandarQ


    Your Number #1 BandarQ Online Indonesia
    LINK ALTERNATIF :
    - vipbandarq.biz
    - vipbandarq.org
    - vipbandarqq.net

    BalasHapus