Bahasa merupakan salah satu
media komunikasi yang sangat lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, dalam penngunaannya bahasa seringkali menimbulkan kesalahpahaman ketika tidak
disertai dengan aturan-aturan berbahasa
yang baik. Oleh karena itu, setiap bahasa perlu mempunyai aturan-tauran berbahasa
agar dapat dipahami dengan baik dan tidak terjadi kesalahpahaman ketika
digunakan.
Dalam bahasa Arab sendiri,
salah satu ilmu yang populer mengenai aturan-aturan berbahasa Arab adalah ilmu
nahwu. Ilmu nahwu secara singkat dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu
mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada akhir suatu kalimat,
faktor-faktor penyebabnya, serta segala konsekuensi yang timbul akibat adanya
perubahan. Selain itu, ilmu nahwu juga menjelaskan secara terperinci kedudukan
setiap kata dalam kalimat, sehingga susunan kalimat tersebut memiliki makna
yang benar dan dapat dimengerti oleh pendengar serta meminimalisir adanya iltibas (serupa yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman).
Kitab Tafrikhatul wildan yang ditulis oleh syekh Abdul Kohir Al-Jurjani, merupakan salah satu kitab (buku) ilmu nahwu yang
khusus membahas amil-amil (faktor). Untuk dapat mendifinisikan amil, hal yang
perlu diketahui lebih dulu adalah i’rob (إعراب ). I’rob
merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada akhir suatu kalimat disebabkan
berbeda-bedanya amil yang masuk pada kalimat tersebut, baik secara lafadz
maupun dikira-kirakan. Dari definisi tersebut kita dapat mengambil pemahaman
bahwa amil adalah faktor yang mengebabkan adanya perubahan pada akhir suatu
kalimat. Pembagian i’rob secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut:
علامة النيابة
|
علامة الأصل
|
الإعراب
|
ألف, واو, ثبوت النون
|
ضمة (ــُـ)
|
رفع
|
ألف, كسرة, ياء, حذف النون
|
فتحة (ــَـ)
|
نصب
|
فتحة, ياء
|
كسرة (ــِـ)
|
جرّ (خفض)
|
حذف النون, حذف حرف العلة
|
سكون (ــْـ)
|
جزم
|
Dari tabel diatas dapat
diketahui bahwa i’rob mempunyai alamat asli dan alamat niyabah (pengganti).
Oleh karena itu, bisa terjadi dua kalimat mempunyai i’rob yang sama tetapi
berbeda alamat i’robnya. Sebagai contoh lafadz زيدٌ dan زيدون. Kedua lafadz tersebut sama-sama memiliki i’rob rofa’, tetapi
lafadz زيدٌ alamat rofa’nya dhommah, sedangkan lafadz زيدون alamat rofa’nya wawu. selain
itu, lafadz زيدٌ dapat berubah menjadi lafadz
زيداً dikarenakan adanya amil lain yang merubah lafadz
tersebut. Jadi, perubahan harokat dari dhommah ke fathah atau sebaliknya itulah
yang dinamakan i’rob, sedangkan yang menyebabkan perubahan tersebut dinamakan
amil.
Pembagian Amil
Amil-amil dalam kitab tafrikhatul wildan berjumlah 100 yang tidak seluruhnya sama. Amil-amil tersebut
berbeda baik dari segi jenis maupun amalnya. Secara rinci pembagian amil dapat
dilihat dalam bagan berikut:
A.
Amil
Lafdziyah
Bagian pertama amil adalah amil lafdziyah atau amil yang
jelas secara lafadz. Dengan kata lain amil lafdziyah jelas dapat dilihat lafadznya
dalam susunan kalimat. Amil lafdziyah dibagi kembali menjadi 2 bagian, yaitu :
a.
Amil
Lafdziyah Sama’iyah
Amil lafdziyah sama’iyah merupakan amil lafdziyah yang
amalnya diterapkan langsung dari bangsa Arab tidak melalui persamaan dengan
pengamalan lafadz yang lain. Seperti huruf jar yang mempunyai amal menjarkan
kalimat isim. Amal isim jar tersebut bukan merupakan hasil dari persamaan
dengan lafadz lain, melainkan amal yang memang diterapkan bagi huruf jar
tersebut. Amil lafdziyah sama’iyah dikelompokkan menjadi 13 macam menurut
amalnya, seperti yang terdapat dalam bagan.
Dari ke-13 macam amil lafdziyah sama’iyah tersebut, ada
diantaranya yang hanya masuk pada kalimat isim, dan ada yang hanya masuk pada
kalimat fiil. Namun baik kalimat isim maupun kalimat fiil keduanya pasti
berubah sesuai dengan i’rob yang memasukinya baik secara lafadz maupun
dikira-kirakan.
Adapun yang dimaksud dikira-kirakan dalam i’rob adalah
bahwa alamat yang semestinya diterapkan pada kalimat tersebut nampak seperti
tidak diterapkan (dikira-kirakan), karena adanya berbagai alasan yang tidak
memperbolehkan penempatan alamat tersebut secara jelas. Seperti karena beratnya
pengucapan bagai bangsa Arab, contoh pada lafadz الفتى yang meskipun
dibaca rofa’ namun tidak dapat diletakkan dhommah diakhir kalimatnya, karena
menurut bangsa Arab meletakkan dhommah pada akhir lafadz الفتي akan menimbulkan berat dalam
pengucapan. Sehingga pengucapannya hanya berakhir pada huruf ta’ dan dibaca
Al-Fata bukan Al-Fatayu.
b. Amil Lafdziyah Qiyasiyah
Amil lafdziyah qiyasiyah merupakan amil lafdziyah yang
pada dasarnya tidak mempunyai amal sendiri, melainkan amalnya disamakan dengan
amil lafdziyah sama’iyah. Salah satu amil lafdziyah qiyasiyah adalah kalimat
fiil secara mutlak, yang beramal merofa’kan fail dan menashabkan maf’ul. Dimana
amal fiil tersbut merupakan amal yang disamakan dengan amal amil lafdziyah
sama’iyah.
Amil lafdziyah qiyasiyah ada 7, yaitu: kalimat fiil,
sifat musyabihat, mashdar, isim fa’il, isim maf’ul, isim mubham, dan lafadz
yang mudhof pada maf’ul.
B.
Amil
Ma’nawiyah
Bagian yang kedua adalah amil ma’nawiyah atau amil tidak
jelas secara lafadz, tidak muncul baik ketika ditulis maupun diucapkan. Amil
ma’nawiyah dapat dikatakan sebagai amil yang berupa keadaan. Jadi, keadaan
tertentu yang dapat menimbulkan i’rob pada suatu lafadz itulah amil ma’nawiyah.
Amil ma’nawiyah dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Amil Ma’nawiyah Ibtida’
Amil ma’nawiyah ibtida’ adalah keadaan suatu kalimat isim
yang berada diawal kalimat tanpa ada amil lafdziyah yang mendahuluinya. Amil
ma’nawiyah beramal merofa’kan kalimat isim yang kemudian disebut sebagai
mubtada. Contoh kalimat زيد قائم , dalam contoh
tersebut lafadz زيد berada diawal kallimat dan
tidak didahului oleh amil lafdziyah, sehingga lafadz tersebut kemasukan amil
ma’nawiyah ibtida’ dan menyandang status sebagai mubtada.
b. Amil Ma’nawiyah Tajarrud
Amil
ma’nawiyah tajarrud adalah keadaan fiil mudhore yang menempati tempat
isim/sifat dan tidak didahului oleh amil nawasib dan jawazim. Amil nawasib
adalah amil yang dapat menashabkan fiil mudhore, sedangkan amil jawazim adalah
amil yang dapat menjazmkan fiil mudhore. Adapaun amal dari amil ma’nawiyah
tajarrud adalah merofa’kan fiil mudhore. Jadi, secara khusus amil ma’nawiyah
tajarrud hanya masuk pada kalimat fiil mudhore. Contoh kalimat زيد ينصر , pada contoh tersebut terdapat fiil mudhore ينصر yang
tidak didahului oleh amil apapun. Selain itu, fiil mudhore tersebut menempati
tempat isim/sifat berupa lafadz ناصر ,
sehingga fiil mudhore tersebut harus dibaca rofa’ karena kemasukan amil
ma’nawiyah tajarrud.
jazzakumullah khairan
BalasHapusSyukran .. Sangat bermanfaat:)
BalasHapus