(Nahwu) Amil yang Merubah Segalanya - AL-MA'UNAH KEPUH

KEPUH - PALIMANAN - CIREBON

Jl. Ki Ageng Tepak Ds. Kepuh Kec. Palimanan Kab. Cirebon Kode Pos 45161 Telp. (0231) 341780

test

Jumat, 28 Desember 2012

(Nahwu) Amil yang Merubah Segalanya


AMIL DAN PEMBAGIANNYA
Bahasa merupakan salah satu media komunikasi yang sangat lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam penngunaannya bahasa seringkali menimbulkan kesalahpahaman ketika tidak disertai dengan  aturan-aturan berbahasa yang baik. Oleh karena itu, setiap bahasa perlu mempunyai aturan-tauran berbahasa agar dapat dipahami dengan baik dan tidak terjadi kesalahpahaman ketika digunakan.
Dalam bahasa Arab sendiri, salah satu ilmu yang populer mengenai aturan-aturan berbahasa Arab adalah ilmu nahwu. Ilmu nahwu secara singkat dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada akhir suatu kalimat, faktor-faktor penyebabnya, serta segala konsekuensi yang timbul akibat adanya perubahan. Selain itu, ilmu nahwu juga menjelaskan secara terperinci kedudukan setiap kata dalam kalimat, sehingga susunan kalimat tersebut memiliki makna yang benar dan dapat dimengerti oleh pendengar serta meminimalisir adanya iltibas (serupa yang dapat menimbulkan kesalahpahaman).
Kitab Tafrikhatul wildan yang ditulis oleh syekh Abdul Kohir Al-Jurjani, merupakan salah satu kitab (buku) ilmu nahwu yang khusus membahas amil-amil (faktor). Untuk dapat mendifinisikan amil, hal yang perlu diketahui lebih dulu adalah i’rob (إعراب ). I’rob merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada akhir suatu kalimat disebabkan berbeda-bedanya amil yang masuk pada kalimat tersebut, baik secara lafadz maupun dikira-kirakan. Dari definisi tersebut kita dapat mengambil pemahaman bahwa amil adalah faktor yang mengebabkan adanya perubahan pada akhir suatu kalimat. Pembagian i’rob secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut:

علامة النيابة
علامة الأصل
الإعراب
ألف, واو, ثبوت النون
ضمة (ــُـ)
رفع
ألف, كسرة, ياء, حذف النون
فتحة (ــَـ)
نصب
فتحة, ياء
كسرة (ــِـ)
جرّ (خفض)
حذف النون, حذف حرف العلة
سكون (ــْـ)
جزم

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa i’rob mempunyai alamat asli dan alamat niyabah (pengganti). Oleh karena itu, bisa terjadi dua kalimat mempunyai i’rob yang sama tetapi berbeda alamat i’robnya. Sebagai contoh lafadz زيدٌ dan زيدون. Kedua lafadz tersebut sama-sama memiliki i’rob rofa’, tetapi lafadz زيدٌ alamat rofa’nya dhommah, sedangkan lafadz زيدون alamat rofa’nya wawu.  selain itu, lafadz زيدٌ dapat berubah menjadi lafadz  زيداً dikarenakan adanya amil lain yang merubah lafadz tersebut. Jadi, perubahan harokat dari dhommah ke fathah atau sebaliknya itulah yang dinamakan i’rob, sedangkan yang menyebabkan perubahan tersebut dinamakan amil.  



Pembagian Amil
Amil-amil dalam kitab tafrikhatul wildan berjumlah 100 yang tidak seluruhnya sama. Amil-amil tersebut berbeda baik dari segi jenis maupun amalnya. Secara rinci pembagian amil dapat dilihat dalam bagan berikut: 


A.     Amil Lafdziyah
Bagian pertama amil adalah amil lafdziyah atau amil yang jelas secara lafadz. Dengan kata lain amil lafdziyah jelas dapat dilihat lafadznya dalam susunan kalimat. Amil lafdziyah dibagi kembali menjadi 2 bagian, yaitu :
a.      Amil Lafdziyah Sama’iyah
Amil lafdziyah sama’iyah merupakan amil lafdziyah yang amalnya diterapkan langsung dari bangsa Arab tidak melalui persamaan dengan pengamalan lafadz yang lain. Seperti huruf jar yang mempunyai amal menjarkan kalimat isim. Amal isim jar tersebut bukan merupakan hasil dari persamaan dengan lafadz lain, melainkan amal yang memang diterapkan bagi huruf jar tersebut. Amil lafdziyah sama’iyah dikelompokkan menjadi 13 macam menurut amalnya, seperti yang terdapat dalam bagan.
Dari ke-13 macam amil lafdziyah sama’iyah tersebut, ada diantaranya yang hanya masuk pada kalimat isim, dan ada yang hanya masuk pada kalimat fiil. Namun baik kalimat isim maupun kalimat fiil keduanya pasti berubah sesuai dengan i’rob yang memasukinya baik secara lafadz maupun dikira-kirakan.
Adapun yang dimaksud dikira-kirakan dalam i’rob adalah bahwa alamat yang semestinya diterapkan pada kalimat tersebut nampak seperti tidak diterapkan (dikira-kirakan), karena adanya berbagai alasan yang tidak memperbolehkan penempatan alamat tersebut secara jelas. Seperti karena beratnya pengucapan bagai bangsa Arab, contoh pada lafadz الفتى yang meskipun dibaca rofa’ namun tidak dapat diletakkan dhommah diakhir kalimatnya, karena menurut bangsa Arab meletakkan dhommah pada akhir lafadz الفتي akan menimbulkan berat dalam pengucapan. Sehingga pengucapannya hanya berakhir pada huruf ta’ dan dibaca Al-Fata bukan Al-Fatayu.
b.      Amil Lafdziyah Qiyasiyah
Amil lafdziyah qiyasiyah merupakan amil lafdziyah yang pada dasarnya tidak mempunyai amal sendiri, melainkan amalnya disamakan dengan amil lafdziyah sama’iyah. Salah satu amil lafdziyah qiyasiyah adalah kalimat fiil secara mutlak, yang beramal merofa’kan fail dan menashabkan maf’ul. Dimana amal fiil tersbut merupakan amal yang disamakan dengan amal amil lafdziyah sama’iyah.
Amil lafdziyah qiyasiyah ada 7, yaitu: kalimat fiil, sifat musyabihat, mashdar, isim fa’il, isim maf’ul, isim mubham, dan lafadz yang mudhof pada maf’ul.
B.      Amil Ma’nawiyah
Bagian yang kedua adalah amil ma’nawiyah atau amil tidak jelas secara lafadz, tidak muncul baik ketika ditulis maupun diucapkan. Amil ma’nawiyah dapat dikatakan sebagai amil yang berupa keadaan. Jadi, keadaan tertentu yang dapat menimbulkan i’rob pada suatu lafadz itulah amil ma’nawiyah. Amil ma’nawiyah dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a.      Amil Ma’nawiyah Ibtida’
Amil ma’nawiyah ibtida’ adalah keadaan suatu kalimat isim yang berada diawal kalimat tanpa ada amil lafdziyah yang mendahuluinya. Amil ma’nawiyah beramal merofa’kan kalimat isim yang kemudian disebut sebagai mubtada. Contoh kalimat زيد قائم , dalam contoh tersebut lafadz زيد berada diawal kallimat dan tidak didahului oleh amil lafdziyah, sehingga lafadz tersebut kemasukan amil ma’nawiyah ibtida’ dan menyandang status sebagai mubtada.
b.      Amil Ma’nawiyah Tajarrud
Amil ma’nawiyah tajarrud adalah keadaan fiil mudhore yang menempati tempat isim/sifat dan tidak didahului oleh amil nawasib dan jawazim. Amil nawasib adalah amil yang dapat menashabkan fiil mudhore, sedangkan amil jawazim adalah amil yang dapat menjazmkan fiil mudhore. Adapaun amal dari amil ma’nawiyah tajarrud adalah merofa’kan fiil mudhore. Jadi, secara khusus amil ma’nawiyah tajarrud hanya masuk pada kalimat fiil mudhore. Contoh kalimat زيد ينصر , pada contoh tersebut terdapat  fiil mudhore ينصر yang tidak didahului oleh amil apapun. Selain itu, fiil mudhore tersebut menempati tempat isim/sifat berupa lafadz ناصر , sehingga fiil mudhore tersebut harus dibaca rofa’ karena kemasukan amil ma’nawiyah tajarrud.

2 komentar: