Di dalam perkembangan peradabannya, manusia telah menggunakan beberapa sistem penanggalan, seperti sistem penanggalan yang berdasarkan peredaran matahari (Syamsiyah) yang dikenal sebagai sistem penanggalan masehi dan sistem penanggalan yang berdasarkan peredaran bulan (Qomariyah) yang disebut penanggalan Hijriyah.sementara bangsa china,bangsa persia,dan bangsa maya juga mempunyai sistem penanggalan yang telah digunakan sejak dulu kala.
Tahun baru dan gemuruh terompet......
Penanggalan Masehi yang merujuk pada revolusi bumi terhadap matahari selama 365 ¼ hari (syamsiah) dijadikan sistem penanggalan resmi internasional, dalam situs http://rendyasylum.wordpress.com tertulis : bahwa tahun pertama masehi diyakini sebagai kelahiran Isa Al Masih oleh masyarakat nasrani melalui penelitian yang dilakukan Dionisius Exoguus pada tahun 527 m, meskipun umat nasrani lebih senang marayakan hari raya natal pada tanggal 25 desember,bukan pada tanggal 1 januari.
Tradisi merayakan tahun baru bukan lagi fenomena baru yang menjadi trend di masyarakat. Diawali dengan perayaan suka cita masyarakat Israel menyambut kelahiran Isa Al Masih, tradisi meniup trompet dan parade berkeliling kota masih bertahan hingga sekarang dan menjadi tradisi yang tidak lagi mengenal batasan kelompok, usia, dan agama. Terbukti di kota-kota besar dunia termasuk di negara-negara muslim seperti di Abhu Dabi, Dubai, Kuala Lumpur dan Istanbul, masyarakat Islam, Kristen, China, dan Afrika tumplek-blek di dalam satu tempat dengan tujuan sama, yakni untuk mengikuti detik-detik akhir pergantian tahun dan menyaksikan pertunjukan kembang api yang membelah langit kota.
Di indonesia sendiri, sebagai negara Islam terbesar di dunia yang juga menjadikan masehi sebagai sistem penanggalan resminya. Perayaan tahun baru adalah moment yang hampir tidak pernah ditinggalkan meskipun dengan anggaran yang tidak lebih kecil dari anggaran pernikahan Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie, seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya, yang notabenya adalah kota-kota besar di Indonesia. Berbagai tempat disiapkan khusus untuk menyambut perayaan tahunan tersebut. Setiap tempat harus menyiapkan ribuan buah kembang api khusus untuk memanjakan pengunjungnya yang tentunya pengunjung harus rela dengan tidak adanya jamuan makan malam ataupun minum kopi untuk menghangatkan diri dimalam hari. Namun, bukan berarti di kota-kota kecil tidak merayakan semaraknya tahun baru seperti halnya di kota-kota besar, justru apa yang terjadi disana adalah gambaran apa yang terjadi di kota-kota besar, ribuan kembang api di nyalakan pada detik-detik pertama tahun baru yang disertai gemuruh suara terompet yang menggema disetiap sudut kota yang menandakan bahwa kejadian yang kita alami beberapa menit yang lalu adalah kejadian yang diharapkan akan lebih baik ditahun yang baru ini.
Tahun baru yang sepi,tapi bukan nyepi.......
Sementara penanggalan Hijriyah didasarkan pada penghitungan lama peredaran bulan terhadap bumi, yaitu selama 29,530539 hari x 12=354,36708 hari dalam satu tahun hijriyah. Penanggalan Hijriyah pertama kali ditetapkan oleh Sayyidina Umar Bin Khattab Ra sebagai penanggalan resmi umat Islam. yang difungsikan untuk menentukan waktu untuk melakukan ibadah-ibadah tertentu seperti haji dan hari-hari besar islam seperti iduel fitri,Dengan menjadikan Peristiwa Hijrah Rasulullah dari Mekah menuju Yatsrib dan berganti nama menjadi madinatunnabiiy (kota nabi) yang kemudian disebut madinah al munawwarah sebagai patokan awal dalam penaggalan Hijriyah
Lain halnya dengan tahun baru masehi yang dirayakan dengan semarak,1 muharram sebagai tanggal pertama dalam penanggalan hijriyah, tak terlihat adanya perayaan yang semarak seperti halnya pada tanggal 1 januari. meskipun beberapa sekte islam memperingatinya dengan kemeriahan. Seperti tradisi tabot di bengkulu dan di bukittinggi yang di bawa oleh pedagang beraliran Syi’ah dari persia. Namun pada umumya umat Islam indonesia yang mayoritas memegang madzhab syafi’iyah merayakannya dengan hanya menggelar pengajian,memanjatkan do’a-do’a dan acara peringatan atas hijrahnya nabi.
Lalu bagaimana islam menyikapi fenomena tahunan tersebut???
Di mata islam baik, masehi maupun hijriah sama pentingnya,keduanya merupakan alat untuk mendukung diberlakukanya syari’at ibadah.matahari merupakan patokan utama dalam menentukan waktu sholat,sementara bulan adalah patokan dalam menentukan tanggal,seperti mengetahui tanggal 1 ramadhan sebagai syarat diberlakukanya syai’at puasa ramadhan.
Namun bagaimanapun perayaan yang semarak,hura-hura dan bersikap berlebih-lebihan bukanlah perbuatan yang tepat dalam memperingati tahun baru
Allah SWT berfirman :
إنَّ المُبَذِّرِيْنَ كَانُوْا إخْوَانَ الشَّيَطِيْنِ وَكَانَ الشَّيْطَنُ لِرَبِّهِ كَفُوْرًا (٢٧)
“ Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S Al-Israa’ 17:27)
Dalam ayat tersebut terdapat kata إنّ yang menurut kaidah ilmu Nahwu kata tersebut mempunyai faidah Lita’kidilhukmi (menguatkan suatu hukum) yang pada kutipan Al-Qur’an diatas menguatkan kata المبذرين sebagai sesuatu yang dihukumi oleh kata إخون الشيـطين . Oleh karena itu, Allah swt melarang sikap berlebih-lebihan, dalam artian menghambur-hamburkan harta tanpa memberikan manfaat baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain yang secara tidak langsung juga akan kembali kepada dirinya sendiri. Hal ini sesuai dengan kaidah hadits الجزاء من جنس العمل , bahwa balasan yang kita peroleh adalah dari jenis amal yang kita lakukan.
Namun terkadang kita menyasikan betapa ironisnya realita yang terjadi di indonesia sebagai bangsa yang masih tertatih-tatih mengejar ketertinggalan dari bangsa lain,sementara lebih dari 30 juta rakyatnya masih berkutat di bawah garis kefakiran.lebih ironis lagi, ketika hingar-bingar tahun baru telah menggema besertaan dengan bisingnya suara terompet di setiap sudut kota. Masih teringat dalam ingatan kita ketika badai tsunami menghancurkan Nanggro Aceh Darussalam (NAD) pada 26 desember 2004 lalu, berselang 5 hari kemudian perayaan tahun baru 2005 dirayakan dengan meriah dan menghabiskan tak sedikit biaya, hanya sedikit yang masih peduli dengan penderitaan yang dialami saudara-saudara kita, sementara yang lainya hanyut dalam kesenangan dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.tak jauh berbeda, saat tahun baru 2011 yang dirayakan dengan begitu semarak dan seolah melupakan kita dengan korban banjir bandang di wasior papua, ganasnya tsumani di Mentawai Sumatra Barat, dan Panasnya letusan gunung Merapi di yogyakarta. Yang masih berduka dan masih membutuhkan perhatian dari masyarakat indonesia.
Alangkah baiknya kalau pada peringatan tahun baru masehi maupun hijriyah,kita manfaatkan untuk hal-hal yang positif dan memberikan manfaat yang riil(nyata),terhadap diri kita sendiri maupun kepada orang lain.karena islam mengajarkan kita untuk tidak terlalu ringan tangan mengeluarkan harta untuk hal-hal buruk,dan tidak juga terlalu berat tangan dalam mengelola harta,karena bagaimanapun rizki adalah pemberian Allah Swt, dan ada pula hak orang lain dari harta yang kita miliki
Demikianlah sedikit gambaran untuk menghayati makna tahun baru, semoga ada banyak manfaatnya Amin Ya Robbal Alamin.
Oleh: Khoirul Anam & Khoirul Anwarudin (Alumni Al Ma’unah Kepuh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar