Kemajuan suatu negara tidak bisa diperjuangkan dengan kepintaran
warga negaranya semata. Tapi harus dibarengi dengan karakater/kepribadian yang
baik juga. Manusia yang mengutamakan kepintaran dalam bernegara akan menimbulkan
jalan-jalan baru dan inovasi-inovasi yang dapat merusak tatanan negara dan
hidup bermasyarakat. Sebaliknya, warga negara yang mengedepankan
karakter/kepribadian akan menciptakan negar yang nyaman dan tertib. Tapi dengn
tidak adanya ilmu yang ia miliki, jangan berharap negara bisa maju. Karena
mereka tidak dapat membuat inovasi-inovasi untuk menyikapi kemajuan zaman yang
semakin hari semakin aneh dan rumit.
Melihat hal ini, kepintaran atau ilmu pengetahuan dan karakter atu
kepribadian yang baik harus dimiliki oleh setiap individu warga negara. Agar hidup bermayarakat antar warga
negara dapat berjalan dengan maslahat.
Hal ini sangat penting bagi Indonesia
yang merupakan negara majemuk terdiri
dari berbagai suku, bangsa, dan agama.
Bagaimana cara mencetak setiap individu warga negara yang
didambakan oleh Indonesia? Bapak Presiden Joko Widodo pada masa kampanye
pilpres tahun 2014 lalu ingin melakukan revolusi mental. Karena permasalahan
yang ada di Indonesia sekarang diakibatkan oleh mental rakyat yang jauh dari
norma-norma dan nilai-nilai keluhuran
budaya bangsa Indonesia. Kepintaran rakyat Indonesia tidak jangan
ditanya lagi. Sekarang sudah banyak mahasiswa-mahasiswa keluaran berbagai
universitas ternama baik dalam negri atau luar negri, kemampuannyapun tidak
kalah saing. Dan banyak pula siswa-siswa yang berprestasi dalam kancah
internasional.
“Saya kira kita juga sudah mulai memberikan pembelajaran di
guru-guru PAUD umur emasnya 1-12 tahun harus dimulai dari situ, kedisiplinan
masalah yang berkaitan dengan kemajemukan ini yang kuta harus lakukan, saya
kira jorgan-jorgan bukan masanya.” Ungkap Bapak Jokowo
Proses sosialisasi sendiri menurut kuntjoro diningrat adalah proses
belajar yang dialami oleh individu sejak kanak-kanak sampai masa tuanya. Ia
belajar polap-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu
sekelilingnya yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Proses sosialisasi dimulai
dari anakitu lahir dan yang berperan penting dalam menciptakan anak yang
berperilaku baik adalah orang tuanya.
Keluarga adalah individu pertama kali berinteraksi dengan anak dimulai
dari anak baru lahir yang ia dengar dan tersimpan dalam otak adalah suara-suara
yang keluar dari keluarganya. Anak mulai belajar bicara berdasarkan apa yang ia
dengar.
www.huffingtonpost.co.uk
Anak juga akan mengikuti apa
yang ia lihat dari keluarganya. Bagaimana cara orang tuanya makan, berjalan dan
hal lainnya. Semua hal yang dilakukan orang tua adalah panutan bagi anak dan ia
akan melakukannya. Bagi orang tua harus pintar bertingkahlaku, apa yang harus
ia lakukan dan ia tinggalkan di depan anak mereka. Anak pada usia dini bagaikan
buku baru keluarga adalah penulisnya, untuk menciptakan karakter anak yang baik
keluarga harus mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang baik pula. Keluarga
juga bis amempraktekannya bukan hanya teori belaka. Karena pada dasarnya sikap
anaktidak jauh beda dengan sikap orang tuanya. Seperti pepatah mengatakan buah jatuh tidak
jauh dari pohonnya.
Orang tua juga berhak menegur/menghukum anak, jika anak berperilaku
senonoh yang ia dapatkan ketika berinteraksi di luar rumah. Zaman sekarang
medsos sudah masuk ke semua usia dari anak usia dini sampai manula. Pengaruhnya
sangat terlihat seklai dari sikap yang ditampakkan oleh penggunanya. Di sni
peran orang tua untuk menghandle
kegiatan anak, kapan waktu anak belajar dan kapan waktu anak bermain.
Bermainpun harus diperhatikan apakah itu layak bagi mereka. Sebenarnya bermain
dengan anak sebayanya itu lebih baik bagi mereka dibandingkan dengan bermain
medsos, karena dengan bermain anak menjadi lebih akif dan berguna juga untuk
melatih kerja otak.
Setelah keluarga individu
yang berperan untuk menciptakan karakter anak yang baik adalah masyarakat
sekitar. Masyarakat sekitar yang baik akan membawa perlaku anak yang baik pula
begitu juga dengan sebaliknya. Dimana anak bermain ia akan kena getahnya,
misalkan anak bermain dengan penjual minyak wangi maka ia akan bau wangi,
sebaliknya jika bermain dengan tukang sampah maka ia akan bau sampah.
Pada bulan januari 2018 ada berita viral tentang anak kelas 1 SD
asal Surabaya yang kecanduan seks. Setelah ditelusuri ternyata anak itu sejak
usia 2 tahun hidup di Dolly, yang merupakan tempat prostitusi. Waktu umur 2/3
tahun anak ini sudah pernah menonton video yang tak layak bagi anak
seumurannya. Lebih parah lagi ia pernah mengajarkan berciuman kepada adiknya
yang laki-laki dan perempuan.
Jika sekolah adalah tempat mencari ilmu maka keluarga dan
masyarakat adalah tempat prakteknya dan tempat menempa karakter/ kepribadain
anak. Jika seiap individu memiliki karakter/ kepribadain yang baik, bukan tidak
mungkin norma-norma dan nilai-nilai bangsa sebagai budaya akan berjalan sesuai dengan semestinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar